Bubuk Jahe Instan siap kemas
Bubuk Jahe Instan sudah dalam kemasan
TEKNOLOGI PENGOLAHAN JAHE MERAH
(Zingiber officinale var. Rubrum)
MENJADI MINUMAN JAHE MERAH INSTAN
Oleh
: Mariah
Ulfa/ 101201035
Student, at Faculty of Forestry, Universitas Sumatera Utara
I. UMUM
Indonesia adalah
negara yang kaya akan sumberdaya alam hayati. Salah satu sumber kekayaan
tersebut adalah banyaknya jenis-jenis tanaman obat yang bersifat tradisional
yang berada di alam dan tempat yang telah dibudidayakan oleh petani. Salah satu
jenis tanaman obat yang telah dikenal luas oleh masyarakat akan khasiat dan
manfaat serta bernilai ekonomis tinggi adalah Jahe (Habib, 2008).
Beberapa angka
menunjukkan bahwa peluang untuk membudidayakan tanaman obat dalam berbagai
skala bisnis masih menjanjikan. Salah satu hal yang sangat mendukung peluang
bisnis tersebut adalah adanya kesesuaian lahan di berbagai wilayah Indonesia
untuk membudidayakan berbagai jenis tanaman obat (Said, 2002).
Sub Bidang Aneka
Tanaman Departemen Pertanian (2005) merekomendasikan bahwa pengembangan tanaman
obat Indonesia saat ini terkonsentrasi pada 10 komoditi unggulan yang
dibutuhkan oleh industri jamu, yaitu jahe, kunyit, laos, temulawak, lempuyung,
adas, kencur, temukunci, cengkeh daun dan pulosari. Salah satu jenis tanaman obat yang sudah
dikenal oleh banyak masyarakat Indonesia adalah jahe. Tanaman obat jahe ini
memiliki banyak khasiat dan manfaat bagi kesehatan serta memiliki nilai
ekonomis yang tinggi dan potensi pasar yang besar.
Beberapa
fakta di atas menunjukkan bahwa usaha di bidang tanaman obat khususnya jenis
jahe yang telah diolah menjadi minuman instan memiliki potensi untuk
dikembangkan. Usaha dengan skala kecil jika dikelola dengan baik akan
menghasilkan manfaat yang sangat besar baik bagi petani jahe dan konsumen. Selain
mampu menghangatkan badan, minuman jahe merah ternyata bisa meringankan radang
tenggorokan, sakit asma, melancarkan darah, meningkatkan sistem kekebalan tubuh
dan mencegah masuk angin. Hal inilah yang menjadikan produk minuman jahe merah
mulai digemari konsumen dan menjadi peluang usaha
baru yang menjanjikan untung besar bagi para pelakunya.
II. BAHAN BAKU
Minuman
jahe merah instan ini pada awalnya dijual dalam bentuk minuman yang disajikan
dengan keadaan panas atau hangat dan
pengonsumsiannya tidak
praktis. Akan tetapi,
sekarang berkembang minuman yang ready
to drink dalam bentuk bubuk atau serbuk, yang dapat disajikan kapanpun dan
dimanapun. Minuman jahe merah instan ini terdiri dari berbagai macam
rempah-rempah dan bahan tambahan pangan yang digunakan, diantaranya jahe merah
(Zingiber officinale var. Rubrum),
cabai jawa (Piper retrofractum Vahl.), dan
lada hitam (Piper
ningrum L.). Bahan lainnya yang
digunakan adalah gula merah atau gula palma dan gula putih. Menurut UNIDO dan
FAO (2005), rempah-rempah biasa digunakan untuk flavor, warna, aroma, dan
preservative pada makanan dan minuman. Rempah-rempah biasanya dikeringkan
secara sempurna untuk digunakan dalam proses.
Jahe
Merah (Zingiber officinale var.
Rubrum) merupakan salah satu spesies jahe yang tersebar di wilayah Indonesia.
Jahe merah secara morfologis mirip dengan jahe biasa, tetapi rimpang dari jenis
ini lebih kecil dan lebih terasa pedas, berwarna merah diluarnya dengan kuning
hingga merah muda untuk bagian dalamnya (Ibrahim et al. 2008). Genus Zingiber
terdiri dari ± 85 spesies herba yang tersebar di Asia Timur dan Australia
bagian tropis. Jahe tersebut sering digunakan sebagai makanan dan pengobatan
tradisional untuk berbagai penyakit (Sabulal et al. 2006). Sebagai tanaman
herbal, jahe telah lama
digunakan di berbagai
negara seperti, China,
India, dan Arab
untuk mengobati penyakit flu,
sakit kepala, demam, mual, dan rematik (Ali et al. 2008).
Kingdom : Plantae
Divisi :
Angiospermae
Kelas :
Monocotyledoneae
Ordo :
Scitaminae
Famili :
Zingiberaceae
Genus :
Zingiber
Species : Zingiber
officinale var. Rubrum
Jahe dapat diolah menjadi berbagai
produk olahan jahe seperti simplisia, oleoresin, minyak atsiri, dan serbuk
jahe. Jahe memiliki sifat khas, yaitu oleoresin dan minyak atsiri. Diantara
ketiga jenis jahe, jahe merah lebih banyak digunakan sebagai obat karena
kandungan minyak atsiri dan
oleoresinnya paling tinggi
sehingga lebih bermanfaat
dalam menyembuhkan berbagai macam
penyakit. Kandungan minyak atsiri jahe merah berkisar antara 2.58-3.72% (bobot
kering), sedangkan jahe gajah 0.82-1.68% dan jahe emprit 1.5-3.3%. Selain itu,
kandungan oleoresin jahe merah juga lebih tinggi dibandingkan jahe lainnya,
yaitu 3% dari bobot kering (Herlina et al., 2002).
Pembuatan minuman jahe merah instan
berdasarkan produksi minuman jahe merah instan yang dilakukan diawali dengan
persiapan bahan baku terlebih dahulu. kemudian disiapkan bahan lain dan bahan
pengemas. Selanjutnya dilakukan proses produksi minuman jahe merah instan.
Persiapan bahan baku utama yang digunakan untuk memproduksi minuman jahe merah
instan adalah jahe merah segar yang
telah cukup umur
untuk dipanen. Menurut Koswara (1995),
jahe yang sudah
cukup kadar oleoresinnya berumur lebih
dari 9 bulan. Selain
itu, spesifikasi jahe
merah yang akan digunakan dalam produksi diantaranya adalah
harus dalam keadaan segar, tidak busuk, berwarna merah di luar dan kuning di
dalam. Jahe merah digunakan dalam bentuk segar untuk diambil ekstraknya.
Bahan lainnya
yang digunakan adalah gula pasir,
gula merah, cabai jawa, dan lada hitam. Rempah-rempah lain
seperti cabai jawa
dan lada hitam
digunakan dalam bentuk
bubuk yang sebelumnya buah
utuhnya dikeringkan dengan cahaya matahari. Penggunaan serbuk cabai jawa dan
lada hitam dimaksudkan agar tidak rusak
karena pengaruh suhu
yang digunakan selama
proses kokristalisasi dan mempermudah untuk larut. Selain itu,
serbuk cabai jawa dan lada hitam mudah untuk disalut oleh bahan kapsulnya,
yaitu gula pasir pada saat proses kokristalisasi yang akan bersatu dengan
aglomerat yang terbentuk.
Pengemas yang digunakan pada
produksi minuman jahe merah instan terdiri dari pengemas primer (alumunium foil)
dan pengemas sekunder
(kertas karton warna coklat)
dengan kapasitas 5 sachet alumunium foil yang
masing-masingnya memiliki berat bersih 20 gram. Semua jenis pengemas
didatangkan dari pemasok lokal.
III. PROSES PENGOLAHAN
Tahapan awal,
penghancuran bahan segar
(jahe merah) menggunakan blender yang ditambahkan air.
Penambahan air bertujuan untuk mempermudah proses ekstraksi dan meningkatkan
total padatan terlarut yang terekstrak. Kemudian diambil filtrannya dengan
pemerasan. Filtran yang diperoleh kemudian didiamkan. Proses pendiaman
bertujuan untuk mengendapkan pati yang berasal dari jahe agar pada saat
pemasakan (pemanasan) tidak menggumpal karena gelatinisasi pati. Selain itu, proses
pendiaman juga bertujuan untuk menghindari terjadinya penggumpalan pada saat
penyeduhan minuman jahe merah instan.
Produksi minuman
jahe merah instan
dilanjutkan dengan pemanasan
disertai pengadukan secara terus-menerus. Apabila
volume larutan jahe
tersebut telah mencapai
¼ volume awal
(saat pertama dituangkan), maka kemudian
dilakukan penambahan gula
pasir. Selama pemanasan
berlangsung dilakukan pengadukan secara kontinyu hingga larutan
superjenuh dan terbentuk kristal-kristal warna cokelat. Selanjutnya, pemanasan
dihentikan dan pengadukan tetap dilakukan agar memperoleh ukuran serbuk yang
seragam. Menurut Antara (1997),
pengadukan untuk mendapatkan campuran homogen, pengkristalan, pengeringan, dan
penyeragaman ukuran. Serbuk kristal tersebut disaring dan bagian yang tidak
lolos penyaringan dilakukan pengecilan ukuran kembali menggunakan blender.
Kemudian, ditimbang serbuk sebanyak 20 gram untuk dikemas kembali menggunakan kemasan
yang telah disiapkan.
Gambar 1. Skema Proses Pengolahan
Minuman Jahe Merah Instan
IV. PENANGANAN PROSES PANEN
a. Panen
Panen merupakan pekerjaan akhir
dari budidaya tanaman (bercocok tanam), tapi merupakan awal
dari pekerjaan pasca panen, yaitu melakukan
persiapan untuk penyimpanan dan pemasaran. Komoditas yang dipanen
tersebut selanjutnya akan melalui jalur-jalur tata niaga, sampai berada di
tangan konsumen. Panjang-pendeknya jalur tata niaga tersebut menentukan
tindakan panen dan pasca panen yang bagaimana yang sebaiknya dilakukan.
Pemanenan jahe merah untuk konsumsi dimulai pada umur 6 sampai 10 bulan.
tetapi, rimpang untuk benih dipanen pada umur 10 - 12 bulan. Cara panen
dilakukan dengan membongkar seluruh rimpangnya menggunakan garpu, cangkul,
kemudian tanah yang menempel dibersihkan. Berdasarkan standar perdagangan, mutu
rimpang jahe segar dikatagorikan sebagai berikut:
1.
Mutu I : bobot 250 g/rimpang, kulitnya tidak
terkelupas, tidak mengandung benda asing dan kapang;
2.
Mutu II : bobot 150 - 249 g/rimpang, kulitnya tidak
terkelupas, tidak mengandung benda asing dan kapang;
3.
Mutu III : bobot sesuai hasil analisis, kulit yang
terkelupas maksimum 10%, benda asing maksimum 3%, kapang maksimum 10%
b. Pasca panen
Setelah panen, rimpang jahe harus secepatnya
dibersihkan untuk menghindari kotoran yang berlebihan serta mikroorganisme yang
tidak diinginkan. Rimpang jahe dibersihkan dengan disemprot air yang bertekanan
tinggi, atau dicuci dengan tangan. Setelah pencucian, rimpang jahe diangin-anginkan
untuk mengeringkan air pencucian. Untuk penjualan segar, jahe dapat langsung
dikemas. Tetapi bila diinginkan dalam bentuk kering atau simplisia, maka perlu
dilakukan pengirisan rimpang setebal 1-4 mm. Untuk mendapatkan simplisia dengan
tekstur menarik, sebelum diiris rimpang direbus beberapa menit sampai terjadi
proses gelatinisasi. Rimpang yang sudah diiris, selanjutnya dikeringkan dengan
energi surya atau dengan pengering buatan/oven pada suhu 36-46°C. Bila kadar
air telah mencapai sekitar 8-10%, yaitu bila rimpang bisa dipatahkan,
pengeringan telah dianggap cukup.
Selain itu, dikenal jahe kering gelondong (jahe
putih kecil dan jahe merah) yang diproses dengan cara rimpang jahe utuh
ditusuk-tusuk agar air keluar sebagian, kemudian dijemur dengan energi matahari
atau dioven sampai kering atau kadar air mencapai 8-10%.
Rimpang kering dapat dikemas dalam peti, karung atau
plastik yang kedap udara, dan dapat disimpan dengan aman, apabila kadar airnya
rendah. Ruang penyimpan harus diperhatikan sanitasinya, berventilasi baik,
dengan suhu ruangan yang rendah dan kering untuk mencegah pencemaran oleh
mikroba dan hama gudang.
Referensi :
Diniari,
A dan Sutrisno Koswara. 2012. Quality Improvement And Aplication Of Good
Manufacturing Practices For Household Industry Of Instant Red Ginger Beverage
In Benteng Village, Ciampea, Bogor. IPB. Bogor.
Habib,
S. 2008. Strategi Pengembangan Usaha Minuman Instan Jahe Merah (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.
Hanabio, Bogor. IPB. Bogor.
Mutiarawati,
T. Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas
Padjadjaran. Bandung.
http://pertanian-1993.blogspot.com/2011/11/pertanian-budidaya-jahe.html
Sumber : http://mrhlf.blogspot.com/2013/04/teknologi-pengolahan-jahe-merah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar